LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI
“ISOLASI DNA KASAR”
Disusun Oleh:
Nama :
Ika Riana Hiola
NIM :
115040201111072
Kelompok :
Jumat, 06.00 WIB
Asisten :
Dita
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Malang
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
DNA adalah molekul
utama yang mengkode semua informasi yang dibutuhkan untuk proses metabolisme
dalam organisme. DNA ini tersusun atas 3 komponen utama yaitu gula
deoksiribosa, basa nitrogen, dan fosfat yang tergabung membentuk nukleotida.
DNA terdapat di dalam setiap sel makhluk hidup yang sangat berperan penting
sebagai pembawa informasi hereditas yang menentukan stuktur protein dan proses
metabolisme lain.
DNA yang diisolasi dari tanaman seringkali terkontamoinasi oleh polisakarida
dan metabolit sekunder seperti tannin,
pigmen, alkaloid, dan flavonoid. Salah satu kesulitan isolasi DNA dari tanaman
tinggi adalah proses destruksi dinding sel untuk melepaskan isi sel. Hal ini
disebabkan karena tanaman memiliki dinding sel yang kuat, dan pada beberapa
tanaman kontaminasi sulit dipisahkan dari ekstrak asam nukleat. Kehadiran
kontaminasi diatas dapat menghambat aktivitas enzim, misalnya DNA tidak
sensitive oleh enzim retriksi dsan mengganggu proses amplifikasi DNA dengan
PCR.
1.2 Tujuan
a.
Mengetahui
Definisi Isolasi DNA
b.
Mengetahui
metode dan tahapan dalan isolasi DNA
c.
Mengetahui
manfaat isolasi DNA
1.3 Manfaat
Mahsiswa dapat
mengetahui dan melakukan proses-proses yang berkaitan langsung untuk melakukan
isolasi DNA.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi Isolasi DNA
DNA isolation is the most
important step in molecular biology analysis. Several DNA isolation techniques
which are developed were expensive. (Listanto,1996) Arti: Isolasi DNA merupakan
tahap terpenting dalam analisis biologi molekuler. Teknik-teknik isolasi DNA
yang telah dikembangkan sangat mahal dan memerplukan waktu yang lama.
2.2 Macam-macam Metode Isolasi DNA
Metode Ekstraksi Modifikasi Doyle & Doyle (1990)
dengan Nitrogen Cair.
Ø Metode
I.
Daun temulawak sebanyak 1 gram
digerus dengan PVP dannitrogen cair hingga menjadi tepung. Sebanyak 10 mL bufer
ekstraksi hangat dan 2.5 mL 2-merkaptoetanol ditambahkanke dalam sampel dan
diinkubasi sambil digoyang perlahan pada suhu 55 C, kecepatan 150 rpm selama 1
jam. Selanjutnya diekstraksi ulang dengan kloroform:isoamil alkohol (24:1)
sebanyak 10 mL. Selanjutnya, dilakukan pemisahan dengan sentrifugasi pada
kecepatan 1000 g selama 5 menit. Aliquot yang terdapat pada bagian atas
dipindahkan ke tabung baru dan ditambahkan dengan isopropanol dingin sebanya 2/
volume. Kemudian diinversi dan diinkubasi dalam es selama 30 menit. Pelet
dikoleksi dengan sentrifugasi pada kecepatan 12000 g selama 20 menit. Pelet
dicuci dengan buffer pencucii (etanol 76% dan ammonium asetat). Sentrifugasi dilakukan pada
kecepatan 14000 g selama 10 menit. Pencucian dilakukan sebanyak 2 kali. Pelet
yang telah dicuci selanjutnya ditambahkan dengan bufer TE dan ditambahkan RNAse
A dengan konsentrasi final 10 ug/mL. RNAse A diaktivasi pada suhu 37 C selama
30 menit. Selanjutnya, dipisahkan dengan sentrifugasi pada kecepatan 12000 g
selama 5 menit. Pelet yang dihasilkan diresuspensi dengan molecular water.
Proteinase K ditambahkan dengan dua variasi penambahan.
Metode Ekstraksi Modifikasi Doyle & Doyle (1990)
tanpa Nitrogen Cair.
Ø Metode
II.
Sampel daun sebanyak 0.2 gram dan
digerus dengan
PVP
dan 0.75 mL buffer ekstraksi (2% b/v CTAB, 1.4 M NaCl, 20 mM EDTA, 100 mM
Tris-HCl (pH 8), 0.2% (v/v) 2- merkaptoetanol). Inkubasi dilakukan dengan incubator
shaker pada suhu 65°C dengan 50 rpm selama satu jam. Sampel kemudian
dibiarkan pada suhu ruang untuk proses cooling. Sampel ditambahkan 0.75
mL kloroform: isoamil alkohol (24:1) dan disentrifugasi 12.000 rpm selama 10
menit pada suhu 4oC. Supernatan berisi DNA dipindahkan ke tabung baru dan
ditambahkan dengan 2/3 volume isopropanol dingin kemudian diinversi perlahan
sebanyak 10 kali. Smapel tersebut disentrifugasi 11.000 rpm selama 10 menit
pada suhu 4oC. Pelet yang telah kering diberi 25 μL molecular water dan
disimpan pada suhu -20°C.
Metode Ekstraksi Modifikasi Zheng et al (1995).
Ø
Metode III.
Sampel daun 200 mg digerus hingga
halus dan ditambahkan buffer ekstraksi (25 mM EDTA (pH 7.5),
50
mM TrisHCl (pH 8.0), 300 mM NaCl, dan SDS 1%) sebanyak 400 μL dalam mortar
dingin. Sampel ditambahkan 100 μL buffer ekstraksi di dalam tabung dingin dan
ditambahkan 400 μL kloroform kemudian diinversi. Sentrifugasi dilakukan 13.000
rpm selama 1 menit pada suhu 4oC. Lapisan atas yang terbentuk ditambahkan 800
μL etanol absolut dan diinkubasi pada suhu -20oC selama 1 jam. Sentrifugasi
dilakukan 13.000 rpm selama 3 menit pada suhu 4oC. Endapan berupa pellet
DNAditambahkan 500 μL Etanol 70% dan disentrifugasi kembali. Pellet yang telah
kering diresuspensi dengan 50 μL molecular water dan ditambahkan RNAse
serta diinkubasi pada suhu 37oC selama 30 menit. Sentrifugasi 10000 rpm
dilakukan selama 5 menit. Pellet kering ditambahkan 50 μL molecular water.
Suspensi tersebut disimpan pada suhu -20oC.
Ketiga metode tersebut di atas
dimodifikasi untuk mendapatkan DNA genom dengan kualitas terbaik. Modifikasi
dilakukan dengan variasi penambahan etanol 76%, buffer pencuci (etanol 76% dan
ammonium asetat 3M), Proteinase K, RNAse A, kalium asetat 5M, dan PVP. Selain
itu, modifikasi juga dilakukan dengan variasi penambahan larutan pada tahap
yang berbeda.
(Utami, 2012)
2.3
Tahapan Isolasi DNA
Pada prinsipnya isolasi DNA sel
harus dipecah terlebih dahulu dengan beberapa agensia, baik secara fisik kimia
atau dengan mempergunakan enzim tertentu. Pemecahan dengan cara fisik misalnya
dengan menggunakan alat sonikator, yaitu merupakan alatb yang menghasilkan
suara ultra tinggi. Pemecahan dengan
alat ini biasanya cukup fektif untuk memecah sel bacteri, tetapi kurang efektif
untuk memecah sek eukaryote.
Pemecahan sel juga dapat
dilakukan dengan menggunakan enzim lisozim yang dapat memecah dinding sel.
Seringkali penggunaan enzim ini dikombinasikan dengan perlakuan fisik, misalnya
dengan pemansan sehingga sel lebih mudah pecah. Senyawa lain yang sering
digunakan untuk memecah sel untuk isolasi DNA adalah CTAB (Cetyl Trimetyl Ammonium Bromide).
Setelah sel pecah selanjunya
dilakukan isolasi dan pemurnian DNA. Untuk mengisolasi suatu fragmen DNA tertentu, DNA genom kemudian dipotong dengan
menggunakan enzin endonuclease
restriksi, enzim ini enzim yang dapat memotong molekul DNA di bagian tertentu. Hasil potongan dengan enzim
tertentu akan menghasilkan ujung-ujung DNA yang sama sesuai dengan titik potong oleh enzim.
Selain dengan menggunkan enzin endonuclease
restriksi, DNA genom juga dapat dipotong-potong secara mekanis, misalnya
menggunakan alat sonikator.Hasil potongan dengan alat mekanis adalah molekul
DNA yang ujungnya tidak beraturan.
(Yuwono,2006)
2.4
Manfaat Isolasi DNA
·
Visualisasi DNA dengan elektroforesis gel.
·
Peninjauan pola fragmen DNA hasil pemotongan secara enzimatik
melaluiteknik Hibridisasi Southern
·
Isolasi DNA genomik dalam rangka pembuatan pustaka genomik.
·
Isolasi plasmid atau DNA fage dalam prosedur rutin peminakan DNA.
·
Isolasi DNA yang diperlukan sebagai cetakan (template) dalam
prosedur perbanyakan DNA secara in vitro melalui teknik PCR.
( Anonymous a.2012 )
BAB
III
METODOLOGI
3.1 Alat,
Bahan dan Fungsi
A.
Alat
Mortar : Untuk melembutkan bahan
praktikum
Pastle : Untuk melembutkan bahan
praktikum
Erlem
mayer : Wadah aquades
Cawan : Sebagai wadah detergen.
Saringan : Untuk menyaring bahan yang di
ek- straksi
Spatula : Untuk mengaduk dan mengambil
bahan praktikum
Pisau
: Untuk memotong bahan agar
lebih
kecil agar mempermudah
dalam
menghalus- kannya.
Timbangan : Untuk menimbang bahan
praktikum
Tabung Reaksi: Untuk meletakkan
bahan yang
sudah di haluskan dan
untuk
mereaksikan bahan.
Gelas ukur : untuk wadah pasta
B.
Bahan
Kubis : Sebagai bahan
praktikun
yang akan
di amati
Aquades : Untuk melarutkan detergen
dan garam
Detergen
(@2,5 gr) : Bu cream, bubuk, cair
untuk
merusak dinding sel
dan
meluruhkan DNA.
3.2 Langkah
Kerja
3.3
Analisa Perlakuan
Pada
praktikum isolasi DNA kasar menggunakan bahan praktikum kubis dan detergen
bubuk, detergen cair dan detergen krim. Perbedaan dari penggunaan detergen ini
bertujuan untuk mengetahui daya rusak paling tinggi yang diakibatkan dari
masing-masing detergen tersebut. Detergen tersebut dimasukkan kedalam ekstrak
buah mangga yang sudah dihaluskan sebelumnya. Dan diamati perbedaan DNAnya dari
tiap masing-masing ekstrak mangga yang telah diberikan perlakuan detergen yang
berbeda-beda. Detergen mana yang paling jelas dan paling banyak menghasilkan
DNA dari kubis tersebut. Sumber DNA ini dihaluskan yang bertujuan untuk merusak membran sel,
dinding sel dan membrane inti sehingga DNA bisa keluar dari sel dan masuk ke
larutan. Setelah dihaluskan, ekstrak buah ditambah garam dapur dan disaring serta
ditambah etanol absolute dingin. Penambahan NaCl bertujuan untuk memudahkan
pemisahan benang-benang DNA dari larutan sehingga benang-benang DNA tersebut
akan mudah diamati.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
(Dokumentasi dan Keterangan)
Dokumentasi
|
Keterangan
|
|
Penghalusan mangga
sebanyak 5gr menggunakan mortar+pistil
|
|
Hasil dari
penghalusan mangga dan larutan dari masing-masing detergen (detergen
bubuk,detergen cair,detergen krim)
|
|
Ekstrak mangga
sudah dicampur kedalam masing-masing jenis detergen dan siap disaring
|
|
Ektrak mangga
sudah disaring dan diletakkan pada tabung reaksi, dan amati DNA yang paling
jelas terlihat serta paling banyak menggandung DNA diantara ketiga jenis
detergen tersebut.
|
4.2 Pembahasan
di banding dengan literature
Dari hasil
praktikum isolasi DNA menggunkan bahan mangga dengan 3 macam detergen yang
berbeda yaitu detergen bubuk,cair dan krim didapatkan hasil benang-benang DNA
yang berbeda banyaknya. Paling banyak DNA yang dihasilkan adalah dari
penggunaan detergen bubuk, namun pada hasil DNA dengan menggunakan detergen
cair menghasilkan DNA ynag lebih jelas terlihat namun jumlah benang-benang DNA
nya sedikit. Dan yang terakhir adalah detergen krim yang mengahasilkan jumlah
DNA paling sedikit.
Menurut Jamilah
(2005: 95) Perbedaan detergen mempengaruhi tingkat pemunculan DNA dalam isolasi
DNA, ini disebabkan karena kandungan detergen tersebut berbeda, misalnya lauryl
sulfat yang dapat berfungsi sama dengan dodesil sulfat dan disodium EDTA, serta
kandungan zat pewarna dan zat aktif pemutih yang biasanya ada dalam detergen
bubuk. DNA yang telihat dengan menggunakan deterjen bubuk lebih banyak daripada
deterjen krim dan cair, karena dalam detergen bubuk, kandungan senyawa kimia
untuk melisiskan membran sel terdapat dalam konsentrasi yang lebih tinggi
daripada detergen jenis lain. Deterjen bubuk menghasilkan warna yang paling baik,
yaitu putih, detergen cair memberikan warna yang kurang baik karena menyebabkan
warna filtrat mendekati warna detergen, sehingga isolasi DNA yang dihasilkan
berwarna sama atau hampir sama dengan filtrat. Sementara pada isolat yang
dihasilkan dari filtrat yang menggunakan detergen padat tidak menunjukkan
adanya prespitasi DNA yang baik, kalaupun ada, konsentrasi dan viskositasnya
sangat rendah.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum isolasi DNA didapatkan
bahwa penggunaan detergen bubuk paling banyak menghasilkan benang-benang DNA
pada kubis.
Hal ini disebabkan
karena karena dalam detergen bubuk, kandungan
senyawa kimia untuk melisiskan membran sel terdapat dalam konsentrasi yang
lebih tinggi daripada detergen jenis lain. Deterjen bubuk menghasilkan warna
yang paling baik, yaitu putih, detergen krim memberikan warna yang kurang baik
karena menyebabkan warna filtrat mendekati warna detergen, sehingga isolasi DNA
yang dihasilkan berwarna sama atau hampir sama dengan filtrate.
5.2 Saran
Untuk
praktikum : alat-alat yang dibutuhkan tolong dilengkapi lagi sesuai apa yang
dibutuhkan.
Untuk
assiten : Mohon penjelasannya lagi tentang materi PCR dan tahap pengujian
isolasi DNA murni.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous a .2012.Tujuan Isolasi
DNA. http://www. scribd.com /
doc/69290030/Isolasi-Dna-n-Elektroforesis. Diakses pada tanggal 2 Desember 2012
Listanto, E; pardal,s.j; Wang, k.
1996. Jurnal Bioteknologi Pertanian, Indonesian Journal of Agricultural
Biotechnologi. Metode sederhana isolasi DNA
dari tanaman jagung transgenic untuk polymerase chain reaction. Balai
penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan. Bogor
Nicho.1993;Surzycki.2000.IsolasiDNA.http://anieez87.blogspot.com/. Diakses pada 2 Desember 2012
Utami, Annisa; Riani Meryalita; Nur Aeny Prihatin;
Laksmi Ambarsari; Popi Asri Kurniatin; Waras Nurcholis.2012. Variasi metode
isolasi DNA daun temulawak (cucurma
xanthorrhiza). Prosiding seminar nasional kimia Unesa. Surabaya
Zubaidah.2004. Isolasi DNA Buah.
http://aan-annas.blogspot.com/2010/11/isolasi-dna-buah-tomat-dan-pepaya.html
.Diakses pada 2 Desember 2012.
sippo
BalasHapusmakasih. sangat membantu ^_^
BalasHapusMengapa buah yg mengandung banyak air menghasilkanekstrak DNA sedikit dan buah yg mengandung sedikit air menghasilkan banyak ekstrak DNA?
BalasHapus