Rabu, 03 April 2013


LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN
KOMODITAS : SEMANGKA (Citrullus vulgaris)

Oleh :
1.      Hadi Suwitnyo                                   ( 115040213111020 )
2.      Halimatus Sa’diyah                           ( 115040200111011 )
3.      Ika Riana Hiola                                 ( 115040201111072 )
PROGRAM STUDI : AGROEKOTEKNOLOGI
KELAS : H


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Laporan             :  Praktikum Teknologi Produksi Tanaman komoditas Semangka
Nama dan NIM           :   1. Hadi suwitnyo                115040213111020
2. Halimatus Sa’diyah        115040200111011
3. Ika Riana Hiola               115040201111072
 Program Studi            :  Agroekoteknologi
Menyetujui


Asisten kelas
Asisten Lapang









Achmad Baihaqi
Andhita Umi Vaizah
                        NIM. 0810480001                                          NIM. 0810480120     








I.                   PENDAHULUAN

1.1        Latar  Belakang
Semangka merupakan tanaman hortikultura yang cukup baik di daerah tropik maupun sub tropik. Meskipun nilai gizinya relatif sangat rendah karena mengandung air (92 %) dan karbohidart dalam bentuk gula (7%)  serta sisanya (1%) berupa vitamin dan mineral, namun buah ini mempunyai daya tarik tersendiri bagi konsumen karena warna daging buahnya yang merah atau kuning, teksturnya yang remah yang banyak mengandng air serta buahnya manis dan menyegarkan. Tingkat dan kualitas produksi semangka di Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan antara lain karena tanah yang keras, miskin unsur hara dan hormon, pemupukan yang tidak berimbang, serangan hama dan penyakit tanaman, pengaruh cuaca /iklim, serta teknis budidaya petani. 
Semangka atau tembikai (Citrullus lanatus, suku ketimun-ketimunan atau Cucurbitaceae) adalah tanaman merambat yang berasal dari daerah setengah gurun di Afrika bagian selatan. Tanaman ini masih sekerabat dengan melon (Cucumis melon) dan ketimun (Cucumis sativus). Semangka biasa dipanen buahnya untuk dimakan segar atau dibuat jus. Biji semangka yang dikeringkan dan disangrai juga dapat dimakan isinya (kotiledon) sebagai kuaci. Sebagaimana anggota suku ketimun-ketimunan lainnya, habitus tanaman ini merambat namun ia tidak dapat membentuk akar adventif dan tidak dapat memanjat. Jangkauan rambatan dapat mencapai belasan meter. Daunnya berlekuk-lekuk di tepinya. Bunganya sempurna, berwarna kuning, kecil (diameter 3cm). Semangka adalah andromonoecious monoklin, yaitu memiliki dua jenis bunga pada satu tumbuhan: bunga jantan, yang hanya memiliki benang sari (stamen), dan bunga banci/hermafrodit, yang memiliki benang sari dan putik (pistillum). Bunga banci dapat dikenali dari adanya bakal buah (ovarium) di bagian pangkal bunga berupa pembesaran berbentuk oval.
Buah semangka memiliki kulit yang keras, berwarna hijau pekat atau hijau muda dengan larik-larik hijau tua. Tergantung kultivarnya, daging buahnya yang berair berwarna merah atau kuning. Tanaman ini cukup tahan akan kekeringan terutama apabila telah memasuki masa pembentukan buah.
Kontribusi tanaman hortikultura terutama pada tanaman semangka terhadap manusia tidak dapat dipandang sebelah mata. Manfaat tanaman hortikultura tidak hanya sebagai sumber pangan dan gizi akan tetapi juga sebagai pendapatan keluarga, mempunyai nilai estetika, terdapat konservasi genetik yang sekaligus berperan sebagai penyangga kelestarian alam. Indonesia yang dikenal sebagai Negara yang mempunyai beragam plasma nutfah, juga termasuk di dalamnya mempunyai berbagai jenis tanaman hortikultura, yaitu buah-buahan.
Pengembangan budidaya tanaman semangka meluas di dua puluh empat propinsi di wilayah nusantara, tetapi rata-rata hasil nasional masih rendah. Untuk meningkatkan produksi secara optimal, perlu dipadukan teknologi budidaya yang mengarah kepada perbaikan produktivitas dan kualitas hasil, pengendalian hama dan penyakit secara terpadu, penganan pasca panen yang memadai, penentuan skalad usaha tani yang menguntungkan (Rukmana, 1994).
Penutup tanah atau mulsa adalah bahan yang dipakai di permukaan tanah untuk menghindari kehilangan air melalui penguapan atau untuk menekan pertumbuhan gulma yang ada  disekitar tanaman dan menaikkan suhu dan menurunkan kelembaban disekitar tanaman sehingga dapat menghambat munculnya hama dan penyakit. Bahan mulsa antara lain sisa tanaman, limbag industry kayu, kertas dan plastic.
1.2  Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui teknologi produksi tanaman semangka dan membandingkan hasil semangka dari berbagai macam perlakuan.

II.                TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Klasifikasi dan Morfologi
a.       Karakteristik Komoditas
Kerajaan          : Plantae
Divisi
               : Magnoliophyta
Kelas
               : Magnoliopsida
Ordo
                : Cucurbitales
Famili
              : Cucurbitaceae
Genus
              : Citrullus
Spesies
            : Citrullus vulgaris
b.      Morfologi Semangka
Tanaman ini masih sekerabat dengan melon dan ketimun. Daunya melekuk-lekuk di tepinya. Bunganya sempurna, berwarna kuning, kecil (diameter 3 cm). Semangka adalah andromonoeciousmonoklin yaitu memiliki dua jenis bunga pada satu tumbuhan, bunga jantan dan bunga banci (hemaprodit) yang memiliki benang sari dan putik. Bunga banci dapat dikenali dari adanya bakal buah (ovarium) di bagian pangkal bunga berupa pembesaran berbentuk oval. Tipe penyerbukan pada semangka adalah penyerbukan silang dan penyerbukan sendiri. Dalam proses penyerbukan dibantu oleh serangga atau manusia. Bunga semangka memiliki kulit yang keras, berwarna hijau pekat atau hijau muda dengan larik-larik hijau tua. Tanaman ini cukup tahan akan kekeringan terutama apabila telah memasuki masa pembentukan buah. Tanaman semagka termasuk jenis tanaman menjalar atau merambat dan hidup semusim. Sistem perakaran menyebar ke samping dan danngkal. Batang tanaman semangka bersegi dan berambut. Panjang batang antara 1,5-5 meter dan sulurnya bercabang menjalar di permukaan tanah atau dirambatkan pada turus dari bilah bambu. Helai daun bercangkup menyirip kecil-kecil, permukaannya berbulu bentuk daun mirip jantung di bagian pangkalnya, ujungnya meruncing, tepinya bergelombang dan berwarna hijau tua. Letak daun bersebarangan satu sama lain dan tersusun dalam tangkai berukuran relatif panjang. Keragaman sifat semangka. Semangka memiliki beberapa keragaman sifat diantaranya semagka yang berdaging warna merah dan ada yang kuning dengan bentuk bulat, selinder atau lonjong.
2.2  Syarat Tumbuh
a.       Iklim
1)        Secara teoritis curah hujan yang ideal untuk areal penanaman semangka adalah  40-50 mm/bulan.
2)        Seluruh areal pertanaman semangka perlu sinar matahari sejak terbit sampai    tenggelam. Kekurangan sinar matahari menyebabkan terjadinya kemunduran waktu panen.
3)        Tanaman semangka akan dapat tumbuh berkembang serta berbuah dengan optimal pada suhu 25 derajat C (siang hari).
4)        Suhu udara yang ideal bagi pertumbuhan tanaman semangka adalah suhu harian rata-rata yang berkisar 20–30 mm.
5)        Kelembaban udara cenderung rendah bila sinar matahari menyinari areal penanaman berarti udara kering yang miskin uap air. Kondisi demikian cocok  untuk pertumbuhan tanaman semangka, sebab di daerah asalnya tanaman semangka hidup di lingkungan padang pasir yang berhawa kering. Sebaliknya kelembaban yang terlalu tinggi akan mendorong tumbuhnya jamur perusak tanaman.
b.      Media Tanam
1)        Kondisi tanah yang cocok untuk tanaman semangka adalah tanah yang cukup gembur, kaya bahan organik, bukan tanah asam dan tanah kebun/persawahan yang telah dikeringkan.
2)        Keasaman tanah (pH) yang diperlukan antara 6-6,7. Jika pH < 5,5 (tanah asam)  maka diadakan pengapuran dengan dosis disesuaikan dengan tingkat keasaman tanah tersebut.
3)        Tanah yang cocok untuk tanaman semangka adalah tanah porous (sarang) sehingga mudah membuang kelebihan air, tetapi tanah yang terlalu mudah membuang air kurang baik untuk ditanami semangka.
c.       Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang ideal untuk areal penanaman semangka adalah: 100-300 m dpl. Kenyataannya semangka dapat ditanam di daerah dekat pantai yang mempunyai ketinggian di bawah 100 m dpl dan di atas perbukitan dengan ketinggian lebih dari 300 m dpl.
2.3  Teknik Budidaya
a.       Pembibitan
1)        Persyaratan Benih
Pemilihan jenis benih semangka yang disemaikan adalah: Hibrida import, terutama   benih jenis Triploid (non biji) yang mempunyai kulit biji yang sangat keras dan jenis Haploid (berbiji)
2)        Penyiapan Benih
Jenis benih Hibrida impor, terutama jenis bibit triploid setelah dipilih disiapkan alat bantu untuk menyayat/merenggangkan sedikit karena tanpa direnggangkan biji tersebut sulit untuk berkecambah, alat bantu tersebut berbentuk gunting kuku yang mempunyai bentuk segitiga panjang berukuran kecil dan disediakan tempat kecil yang mempunyai permukaan lebar. Jenis Haploid dengan mudah disemai karena bijinya tidak keras sehingga mudah membelah pada waktu berkecambah.
3)        Teknik Penyemaian Benih
Teknik penyemaian benih semangka dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu :
a.       Perenggangan bibit biji semangka terlebih dahulu supaya untuk mempermudah dalam proses pertumbuhannya;
b.      Perendaman biji dalam suatu satuan obat yang diramu dari bahan-bahan: 1 liter air hangat suhu 20-25 derajat C; 1 sendok teh hormon (Atornik, Menedael, Abitonik); 1 sendok peres fungisida (obat anti jamur) seperti: Difoldhan 4T, Dacosnil 75 WP, Benlate; 0,5 sendok teh peres bakterisida (Agrept 25 WP). Setelah direndam 10-30 menit, diangkat dan ditiriskan sampai air tidak mengalir lagi dan bibit siap dikecambahkan.
4)        Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Kantong-kantong persemaian diletakkan berderet agar terkena sinar matahari penuh sejak terbit hingga tenggelam. Diberi perlindungan plastik transparan serupa rumah kaca mini dan untuk salah satu ujungnya terbuka dengan pinggiran yang terbuka. Pemupukan dilakukan lewat daun untuk memacu perkembangan bibit dicampur dengan obat, dilakukan rutin setiap 3 hari sekali. Pada usia 14 hari, benih-benih dipindahkan ke lapangan yang telah matang dan siap ditanami benih tersebut.
5)        Pemindahan Bibit
Setelah pengecambahan dilakukan penyemaian bibit menggunakan kantong kantong plastik berukuran : 12 cm x (0,2 - 0,3 )mm. Satu kantong ditanam satu benih (sudut kantong dipotong secukupnya untuk pengurangan sisa air) dan diisi campuran tanah dengan pupuk organik komposisi: 1 bagian tanah kebun, 1 bagian kompos/humus, 1 bagian pupuk kandang yang sudah matang. Setelah bibit berumur 12-14 hari dan telah berdaun 2-3 helai, dipindahkan ke areal penanaman yang telah diolah.
b.      Pengolahan Media Tanam
1)        Persiapan
Bila areal bekas kebun, perlu dibersihkan dari tanaman terdahulu yang masih tumbuh. Bila bekas persawahan, dikeringkan dulu beberapa hari sampai tanah itu mudah dicangkul, kemudian diteliti pH tanahnya.
2)        Pembukaan Lahan
Lahan yang ditanami dilakukan pembalikan tanah untuk menghancurkan tanah hingga menjadi bongkahan-bongkahan yang merata. Tunggul bekas batang/jaringan perakaran tanaman terdahulu dibuang keluar dari areal, dan juga segala jenis batuan yang ada dibuang, sehingga tidak mempengaruhi perkembangan tanaman semangka yang akan ditanam di areal tersebut.
3)        Pembentukan Bedengan
Tanaman semangka membutuhkan bedengan supaya air yang terkandung di dalam tanah mudah mengalir keluar melalui saluran drainase yang dibuat. Jumlah bedengan tergantung jumlah baris tanam yang dikehendaki oleh si penanam (bentuk bedengan baris tanaman ganda, bedengan melintang pada areal penanaman). Lebar bedengan 7-8 meter, tergantung tebal tipis dan tinggi bedengan (tinggi bedengan minimum 20 cm).
4)        Pengapuran
Dilakukan dengan pemberian jenis kapur pertanian yang mengandung unsur Calsium (Ca) dan Magnesium (Mg) yang bersifat menetralkan keasaman tanah dan menetralkan racun dari ion logam yang terdapat didalam tanah. Dengan kapur Karbonat/kapur dolomit. Penggunaan kapur per 1000 m2 pada pH tanah 4-5 diperlukan 150-200 kg dolomit , untuk antara pH 5-6 dibutuhkan 75-150 kg dolomit dan pH >6 dibutuhkan dolomit sebanyak 50 kg.
5)        Pemupukan
Pupuk yang dipakai adalah pupuk organik dan pupuk buatan. Pupuk kandang yang digunakan adalah pupuk kandang yang berasal dari hewan sapi/kerbau dan dipilih pupuk kandang yang sudah matang. Pupuk kandang berguna untuk membantu memulihkan kondisi tanah yang kurang subur, dengan dosis 2 kg/ bedengan. Caranya, ditaburkan disekeliling baris bedengan secara merata. Pupuk tersebut terdiri atas: (a) Pupuk Makro yang terdiri dari unsur Nitrogen, Phospor, Kalsium (dibuat dari pupuk ZA, TSP dan KCl); (b) Pupuk Mikro yang terdiri dari Kalsium (Ca) Magnesium (Mg) Mangaan (Mn), Besi (Fe), Belerang (S), Tembaga (Cu), Seng (Zn) Boron (Bo) dan Molibden (Mo). Pupuk tersebut, dijual dengan beberapa merek seperti Mikroflex, Microsil dll. Penggunaannya, dicampur 1% obat anti hama penggerek batang.
6)        Lain-lain
Tahap penghalusan dan perataan bongkahan tanah pada sisi bedengan pada tempat penanaman semangka dilakukan dengan cangkul. Di bagian tengah, sebagai landasan buah pada bedengan, diratakan dan diatas lapisan ini diberi jerami kering untuk perambatan semangka dan peletakan buah. Bedengan perlu disiangi, disiram dan dilapisi jerami kering setebal 2-3 cm dan plastik mulsa dengan lebar plastik 110-150 cm agar menghambat penguapan air dan tumbuh tanaman liar. Pemakaian plastik lebih menguntungkan karena lebih tahan lama, sampai 8-12 bulan pada areal terbuka (2 - 3 kali periode penanaman). Plastik sisa yang berwarna perak yang memantulkan sinar matahari dan secara tidak langsung membantu tanaman banyak mendapat sinar matahari untuk pertumbuhannya.
c.       Teknik Penanaman
1)        Penentuan Pola Tanaman
Tanaman semangka merupakan tanaman semusim dengan pola tanam monokultur.
2)        Pembuatan Lubang Tanaman
Penanaman bibit semangka pada lahan lapangan, setelah persemaian berumur 14 hari dan telah tumbuh daun 2-3 lembar. Sambil menunggu bibit cukup besar dilakukan pelubangan pada lahan dengan kedalaman 8-10 cm. Persiapan pelubangan lahan tanaman dilakukan 1 minggu sebelum bibit dipindah ke darat. Berjarak 20-30 cm dari tepi bedengan dengan jarak antara lubang sekitar 80-100 cm/tergantung tebal tipisnya bedengan. Lahan tertutup dengan plastik mulsa, maka diperlukan alat bantu dari kaleng bekas cat ukuran 1 kg yang diberi lubang-lubang disesuaikan dengan kondisi tanah bedengan yang diberi lubang.
3)        Cara Penanaman
Setelah dilakukan pelubangan, areal penanaman disiram secara massal supaya tanah siap menerima penanaman bibit sampai menggenangi areal sekitar ¾ tinggi bedengan, dan dibiarkan sampai air meresap. Sebelum batang bibit ditanam dilakukan perendaman, agar mudah pelepasan bibit menggunakan kantong plastik yang ada. Langkah imunisasi dilakukan dengan perendaman selama 5-10 menit disertai campuran larutan obat obatan. Susunan obat terdiri dari: 1 sendok teh hormon Atonik, Abitonik, dekamon, menedael, 1 sendok teh peres bakterisida tepung, 1 sendok teh peres fungisida serbuk/tepung (Berlate, dithane M-45, Daconiel). Urutan penanaman adalah sebagai berikut:
a)      Kantong plastik diambil hati-hati supaya akar tidak rusak.
b)      Tanam dengan tanah posisi kantong dan masukkan ke lubang yang sudah disiapkan
c)      Celah-celah lubang ditutup dengan tanah yang telah disiapkan
d)     Lubang tanaman yang tersisa ditutup dengan tanah dan disiram sedikit air agar media bibit menyatu dengan tanah disekeliling dapat bersatu tanpa tersisa.
d.      Pemeliharaan Tanaman
1)      Penjarangan dan Penyulaman
Tanaman semangka yang berumur 3-5 hari perlu diperhatikan, apabila tumbuh terlalu lebat/tanaman mati dilakukan penyulaman/diganti dengan bibit baru yang telah disiapkan dari bibit cadangan. Dilakukan penjarangan bila tanaman terlalu lebat dengan memangkas daun dan batang yang tidak diperlukan, karena menghalangi sinar matahari yang membantu perkembangan tanaman.
2)      Penyiangan
Tanaman semangka cukup mempunyai dua buah saja, dengan pengaturan cabang primer yang cenderung banyak. Dipelihara 2-3 cabang tanpa memotong ranting sekunder. Perlu penyiangan pada ranting yang tidak berguna, ujung cabang sekunder dipangkas dan disisakan 2 helai daun. Cabang sekunder yang tumbuh pada ruas yang ada buah ditebang karena mengganggu pertumbuhan buah. Pengaturan cabang utama dan cabang primer agar semua daun pada tiap cabang tidak saling menutupi, sehingga pembagian sinar merata, yang mempengaruhi pertumbuhan baik pohon/buahnya.
3)      Pembubunan
Lahan penanaman semangka dilakukan pembubunan tanah agar akar menyerap makanan secara maksimal dan dilakukan setelah beberapa hari penanaman.
4)      Perempalan
Dilakukan melalui penyortiran dan pengambilan tunas-tunas muda yang tidak berguna karena mempengaruhi pertumbuhan pohon/buah semangka yang sedang berkembang. Perempelan dilakukan untuk mengurangi tanaman yang terlalu lebat akibat banyak tunas-tunas muda yang kurang bermanfaat.
5)      Pemupukan
Pemberian pupuk organik pada saat sebelum tanam tidak akan semuanya terserap, maka dilakukan pemupukan susulan yang disesuaikan dengan fase pertumbuhan. Pada pertumbuhan vegetative diperlukan pupuk daun (Topsil D), pada fase pembentukan buah dan pemasakan diperlukan pemupukan Topsis B untuk memperbaiki kualitas buah yang dihasilkan. Pemberian pupuk daun dicampur dengan insekstisida dan fungisida yang disemprotkan bersamaan secara rutin. Adapun penyemprotan dilakukan sebagai berikut:
a)      Pupuk daun diberikan pada saat 7, 14, 21, 28 dan 35 hari setelah tanam;
b)      Pupuk buah diberikan pada saat 45 dan 55 hari setelah tanam;
c)      ZA dan NPK (perbandingan 1:1) dilakukan 21 hari setelah tanam sebanyak 300 ml, 25 hari setelah tanam sebanyak 400 ml dan 55 hari setelah tanam sebanyak 400 ml.
6)      Pengairan dan Penyiraman
Sistim irigasi yang digunakan sistem Farrow Irrigation: air dialirkan melalui saluran diantara bedengan, frekuensi pemberian air pada musim kemarau 4-6 hari dengan volume pengairan tidak berlebihan. Bila dengan pompa air sumur (diesel air) penyiraman dilakukan dengan bantuan selang plastik yang cukup besar sehingga lebih cepat. Tanaman semangka memerlukan air secara terus menerus dan tidak kekurangan air.
7)      Waktu Penyemprotan Pestisida
Selain pupuk daun, insktisida dan fungisida, ada obat lain yaitu ZPZ (zat perangsang tumbuhan); bahan perata dan perekat pupuk makro (Pm) berbentuk cairan. Dosis ZPT: 7,5 cc, Agristik: 7,5 cc dan Metalik (Pm): 10 cc untuk setiap 14- 17 liter pelarut. Penyemprotan campuran obat dilakukan setelah tanaman berusia >20 hari di lahan. Selanjutnya dilakukan tiap 5 hari sekali hingga umur 70 hari. Penyemprotan dilakukan dengan sprayer untuk areal yang tidak terlalu luas dan menggunakan mesin bertenaga diesel bila luas lahan ribuan hektar. Penyemprotan dilakukan pagi dan sore hari tergantung kebutuhan dan kondisi cuaca.
8)      Pemeliharaan Lain
Seleksi calon buah merupakan pekerjaan yang penting untuk memperoleh kualitas yang baik (berat buah cukup besar, terletak antara 1,0-1,5 m dari perakaran tanaman), calon buah yang dekat dengan perakaran berukuran kecil karena umur tanaman relatif muda (ukuran sebesar telur ayam dalam bentuk yang baik dan tidak cacat). Setiap tanaman diperlukan calon buah 1-2 buah, sisanya di pangkas. Setiap calon buah 2 kg sering dibalik guna menghindari warna yang kurang baik akibat ketidak-merataan terkena sinar matahari, sehingga warna kurang menarik dan menurunkan harga jual buah itu sendiri.
2.4  Hubungan Perlakuaan yang Digunakan dengan Komuditas
Pemberian mulsa bermanfaat  dalam hal kompetisi dengan tanaman pengganggu (gulma) untuk memperoleh sinar matahari. Agar dapat berkecambah, benih gulma membutuhkan sinar matahari. Dengan adanya bahan mulsa di atas permukaan tanah, benih gulma tidak mendapatkan sinar matahari. Kalaupun ada sinar matahari, misalnya pada mulsa jerami atau plastik transparan, pertumbuhan gulma akan sangat terhalang. Akibatnya tanaman yang ditanam akan bebas tumbuh tanpa kompetisi dengan gulma dalam penyerapan hara mineral tanah. Berikut adalah beberapa manfaat pemasangan mulsa dalam budidaya tanaman :
a.       Menekan kompetisi hara dengan gulma
b.      Menjaga kestabilan agregat tanah
c.       Menjaga ketersediaan air
d.      Menekan erosi
e.       Menurunkan suhu tanah
f.       Memudahkan dalam budidaya tanaman
Mulsa di atas permukaan tanah dapat menahan energi air hujan sehingga agregat tanah tetap stabil dan terhindar dari proses penghancuran. Semua jenis mulsa memiliki kemampuan menahan hantaman butiran air hujan. Oleh karenanya, semua jenis mulsa dapat digunakan untuk tujuan mengendalikan erosi.
Pemulsaan dapat mencegah evaporasi. Dalam hal ini air yang menguap dari permukaan tanah akan ditahan oleh bahan mulsa dan jatuh kembali ke tanah. Akibatnya lahan yang ditanami tidak akan kekurangan air karena penguapan air ke udara hanya terjadi melalui proses transpirasi. Proses transpirasi ini merupakan proses normal yang terjadi pada tanaman. Melalui proses transpirasi inilah tanaman dapat menarik air dari dalam tanah yang di dalamnya telah terlarut berbagai hara yang dibutuhkan tanaman.
Permukaan mulsa perak (PHP) dapat memantulkan (refleksi) radiasi matahari. Tingginya pemantulan radiasi matahari ini memiliki efek ganda. Efek pertama ialah memperkecil panas yang mengalir ke tanah sehingga kemungkinan suhu tanah dapat diturunkan, sementara efek kedua ialah memperperbesar radiasi matahari yang dapat diterima oleh daun-daun tanaman sehingga kemungkinan proses fotosintesis dapat ditingkatkan. Permukaan hitam dimaksudkan untuk lebih membatasi radiasi matahari yang menembus sampai ke permukaan tanah sehingga keadaan permukaan tanah menjadi gelap total. Keadaan ini akan menekan perkecambahan dan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma) (Umboh, 1999).






















III.             METODOLOGI

1.1    Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum teknologi produksi tanaman dilaksanakan di lahan Ngijo Karangploso kabupaten Malang pada tanggal 24 September 2012 sampai dengan 10 Desember 2012 dengan penelitian setiap satu minggu sekali pukul 13.20-16.30 WIB.
1.2    Alat, Bahan dan Fungsi
Ø  Alat
1.        Cangkul             : Untuk mengolah tanah
2.        Gembor              : Untuk menyiram tanaman
3.        Cetok                 : Untuk membalik tanah
4.        Tali rafia             : Untuk membuat ukuran petakan
5.        Penggaris           : Untuk mengukur tanaman
6.        Kayu                  : Untuk tempat tali rafia waktu mengukuran petak
7.        Alat tulis            : Untuk mencatat hasil pengukuuran
Ø  Bahan
1.        Bibit Semangka             : Sebagai bahan utama
2.        Pupuk Urea (140 gram) : Sebagai penyedia unsur N
3.        Pupuk Kcl (130 gram)   : Sebagai penyedia unsur K
4.        Pupuk SP-36 (200 gram): Sebagai penyedia unsur P
3.3 Cara Kerja
Mempersiapkan Alat dan Bahan
( cangkul, tali rafia, kayu, gembor, penggaris, benih tanaman, pupuk)
Melakukann Penanaman benih semangka dengan jarak tanam (100 cm x 100 cm) sekaligus pemupukan Urea, SP36 dan KCl
Pemeliharaan ( penyiangan, pembumbunan, pengairan dan penyulaman)
Mengukur Panjang dan Lebar Petakan menggunakan tali rafia (6,5 m x 1 m)
Mengolah Lahan
dengan menggunakan cangkul
 
















Pengukuran Tanaman            ( panjang tanaman, jumlah daun, jumlah bunga, jumlah buah dan diameter buah) dilakukan seminggu sekali
Mencatat Hasil dan Dokumentasi Tanaman
 








3.4      Analisa Perlakuan
Langkah pertama yaitu menyiapkan alat dan bahan diantaranya tali rafia, kayu, cangkul, cetok, gembor dan pupuk. Selanjutnya melakukan pengukuan petakan dengan ukuran 6,5 m x 1 m dengan tanda memakai tali rafia setelah sesuai ukuran melakukan pengolahan lahan dengan cangkul. Seminggu kemudian melakukan penanman dengan jarak tanam 100 cm x 100 cm dengan jumlah 6 lubang tanam. Kemudian lubang itu diberi benih semangka kuning dengan 1 benih per lubang, disamping itu melakukan pemupukan dengan pupuk kandang. Setelah seminggu kemudian setelah tanam, melakukan pemupukan  dengan pupuk Urea 140 gram, Sp36 200 gram dan KCL 130 gram dengan dibenamkan disamping tanaman dengan jarak antara benih dan pupuk lebih kurang 10 cm. Dua minggu berikutnya melakukan pemeliharaan diantaranya pengairan, penyulaman, pembumbunan dan penyiangan. Pemeliharaan dilakukan sampai tanaman siap panen. Satu bulan setelah tanam melakukan pengukuran diantaranya panjang tanaman, jumlah daun, jumlah bunga, jumlah buah dan diameter buah sekaligus dokumentasi tanaman dan mencatat hasilnya.

































IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1    Hasil
4.1.1   Rata-rata Hasil Pengamatan
·         Panjang Tanaman
Perlakuan
Tanaman ke-
1
2
3
4
5
6
Tanpa Mulsa
15,5
132
127,5
125,2
149
129,7
Mulsa Jerami
78,5
112,2
32,25
78,2
77,3
74,7
MPHP
148,3
175,2
154
235
182
141
Tanpa Mulsa
142,5
105
123
26
121,7
52


·         Jumlah Daun
Perlakuan
Tanaman ke-
1
2
3
4
5
6
Tanpa Mulsa
7,5
52
51,7
37,2
64,7
64,5
Mulsa Jerami
31,7
20
10
27,7
17,7
21
MPHP
20
30,2
24
29,5
31,5
25
Tanpa Mulsa
66,2
47
58,7
9
50
22,5


·         Jumlah Buah
Perlakuan
Tanaman ke-
1
2
3
4
5
6
Tanpa Mulsa
0
1,7
1,2
0,7
1,7
1,2
Mulsa Jerami
0,5
0,7
0
0,7
1,2
1
MPHP
1,2
1,7
1,7
2,5
1,5
1,2
Tanpa Mulsa
2
2,5
2,5
0,2
1,7
0,7





Dokumentasi Semangka Tanpa Mulsa Kelas H

 







Dokumentasi Mulsa Jerami Kelas Q
 

Dokumentasi Mulsa Plastik Kelas 
   

Dokumentasi Tanpa Mulsa Kelas F
   

4.2      Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang didapatkan menunjukkan bahwa setiap tanaman memiliki panjang tanaman, jumlah daun, bunga, dan buah yang berbeda-beda. Pada pengamatan pertama yang dilakukan pada tanggal 5 November 2012 menunjukkan bahwa tanaman yang memiliki panjang tanaman yang paling tinggi adalah pada tanaman ke-5. Di mana pada tanaman 4 memiliki jumlah daun yang tinggi juga serta memiliki jumlah buah yang tinggi juga. Akan tetapi pada jumlah bunganya hanya memiliki 1 yang lebih rendah dibandingkan dengan tanaman ke-6 yang memiliki 2 bunga. Sedangkan tanaman yang memiliki panjang tanaman lebih rendah yaitu pada tanaman ke-2. Akan tetapi jumlah daunnya memiliki 20 helai daun yang lebih banyak daripada tanaman ke-3, di mana pada tanaman ke-4 hanya memiliki selisih panjang tanaman ke-3. Hal itu dikarenakan bahwa pada tanaman ke-3, daunnya lebat dibandingkan dengan tanaman ke-4. Selain itu, juga dikarenakan oleh daun yang banyak gugur pada tanaman ke 4 karena mati atau diserang oleh hama. Pada pertumbuhan buah di semua tanaman kecuali pada tanaman ke-5 rata-rata belum menghasilkan buah, akan tetapi sudah munculnya bunga sebagai bakal buah nantinya.
Pada pengamatan yang kedua yaitu tanggal 12 November 2012, pertumbuhan panjang tanaman serta jumlah daun mengalami peningkatan setiap minggunya. Sedangkan  pada jumlah bunganya mengalami penurunan, Hal ini disebabkan oleh factor lingkungan seperti angina tau hujan yang mempengaruhi gugurnya bunga tersebut. Akan tetapi, pada tanaman ke-2 mengalami peningkatan jumlah bunga dari 1 bunga menjadi 2 bunga serta jumlah buahnya mengalami peningkatan di semua tanaman, yang mulanya tidak ada menjadi ada. Tanaman yang memiliki panjang tanaman serta jumlah daun yang banyak yaitu pada tanaman ke-5, sedangkan yang paling rendah adalah pada tanaman ke-4. Buah yang paling banyak tumbuh pada tanaman ke-2 yaitu sebesar 5 buah dari buah kecil hingga tampak besar.
Pada pengamatan yang ketiga yaitu dilakukan pada tanggal 19 November 2012 pertumbuhan panjang tanaman serta jumlah daun semakin meningkat. Tanaman yang memiliki pertumbuhan paling tinggi adalah pada tanaman ke-3 dan yang paling rendah adalah pada tanaman ke-1, karena pada tanaman ke-1 baru dilakukan penyulaman karena mati sehingga pertumbuhannya masih rendah dibandingkan dengan yang lainnya. Pada pengamatan ke-3 ini, tidak adanya bunga yang muncul, akan tetapi buah muncul pada tanaman tersebut.
Pada pengamatan terakhir yaitu pada tanggal 26 November 2012 menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman semakin meningkat yang ditunjukkan pada pertumbuhan panjang tanaman dan jumalh daun yang meningkat serta munculnya buah yang sudah tampak membesar dibandingkan dengan minggu yang lalu. Di masing-masing tanaman kecuali pada tanaman ke-1 memiliki buah di setiap tanaman, yaitu masing-masingnya berjumlah Pada tanaman ke-4 memiliki panjang tanaman yang paling tinggi tetapi pada jumlah daunnya mengalami penurunan, karena terjadinya keguguran pada daun oleh angina tau hujan sebagai factor yang mempengaruhinya.
Menurut Sarpian (2003) menyatakan bahwa tidak semua bunga mekar menjadi buah. Bunga yang gugur, disebabkan oleh factor internal dan factor eksternal, misalnya pengaruh iklim, cuaca, sinar matahari, suhu udara, angin, dan serangan hama maupun penyakit.  
Pada praktikum ini,, khususnya pada komoditas semangka ada beberapa perlakuan yang digunakan sebagai pembanding antara satu dengan yang lainnya. Diantaranya adalah perlakuan saat tanam dengan menggunakan tanpa mulsa, mulsa jerami, dan mulsa plastik. Dengan hal itu, tanaman yang dibudidayakan dengan menggunakan mulsa (jerami atau plastic) maupun tanpa mulsa memiliki perbedaan pada pertumbuhannya. Pada tanaman yang diberi perlakuan mulsa plastic lebih cepat  pertumbuhannya dibandingkan dengan menggunakan mulsa jerami ataupun tanpa mulsa. Pada tanaman semangka yang diperlakukan menggunakan mulsa hitam perak lebih bagus dan produksi hasil buahnya besar dibanding dengan perlakan yang lain. Hal ini terlihat pada data pengamatan, untuk pengamatan tangggal awal panjang tanaman rata-rata 163 cm, jumlah daun 29, jumlah bunga 7 dan jumlah buah 2. Pertumbuhan dan perkembanan ini semakin bertambah sampai pengamatan ke 3 akan tetapi pada pengamatan terakhir jumlah bunga menurun dan buah banyak yang busuk karena kondisi lingkungan terlalu lembab sehingga suhu mikro menjadi menurun. Selain itu dari sisi positif terlihat dari pertumbuahn dan perkembagan yang diperlakuan menggunakan mulsa hitam lebih cepat. Keunggulan menggunakan mulsa hitam perak adalah mengurangi penguapan air dalam tanah, menekan pertumbuhan gulma, mengurangi itensitas serangan hama dan penyakit, menstabilkan suhu dalam tanah dan hasil buah lebih besar. Sedangkan pada perlakuan menggunakan mulsa jerami terlihat pertumbuhan yang kurang bagus dari pada perlakuan tanpa mulsa. Hal ini, seharusnya tanaman yang diberi mulsa jerami tumbuhnya lebih baik dari tanaman yang lainnya, karena menurut Suwardjo (1981)  kandungan lignin tinggi pada mulsa jerami dapat mengakibatkan lambatnya mulsa terdekomposisi, sehingga dapat melindungi permukaan tanah lebih lama. Mulsa organik yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan merupakan sumber energi yang dapat meningkatkan kegiatan biologi tanah dan dalam proses perombakannya akan terbentuk senyawa-senyawa organik yang berperan dalam pembentukan struktur tanah yang mantap. Oleh karena itu, maka kemantapan struktur tanah akan meningkat, aerasi menjadi lebih baik dan permeabilitas tanah yang tinggi terpelihara serta mulsa yang telah menjadi bahan organik merupakan sumber energi yang menyebabkan aktivitas dan populasi mikroorganisme tanah meningkat. Menurut Noor (2010) menyatakan bahwa tujuan pemanfaatan vegetasi alami sebagai mulsa adalah melindungi buah tanaman tersebut dari bersentuhan langsung dengan tanah, sebab jika menyentuh langsung ke tanah gambut yang basah/lembab, maka buah akan mengalami pembusukan.
Efek aplikasi mulsa ditentukan oleh jenis bahan  mulsa. Bahan yang dapat digunakan sebagai mulsa di antaranya sisa-sisa tanaman (serasah dan jerami) atau  bahan plastik.   Doring et al. (2006) menyatakan bahwa  mulsa jerami mempunyai daya pantul lebih tinggi  dibandingkan dengan mulsa plastik.  Menurut  Mahmood et  al.   (2002) mulsa jerami atau mulsa yang  berasal dari sisa tanaman lainnya mempunyai konduktivitas panas rendah sehingga panas yang sampai ke permukaan tanah akan lebih sedikit dibandingkan dengan tanpa mulsa atau mulsa dengan konduktivitas panas yang tinggi seperti plastik. Jadi  jenis mulsa yang berbeda memberikan pengaruh berbeda pula pada pengaturan suhu, kelembaban, kandungan air tanah, penekanan gulma dan organisme pengganggu.
4.3      Dokumentasi Praktikum
 



Pengolahan lahan tgl 1/10 dengan mencangkul
Pengolahan lahan tgl 1/10 dengan mencangkul
                         

Munculnya buah pertama pada tanggal 5/11
Dokumentasi tanaman 1 setelah disulam tgl 19/11
Dokumentasi panjang tanaman tgl 5/11
Pengamatan tanaman setelah 1 minggu tanam tgl 5/10
 














          
 


      


Dokumentasi tanaman beserta buah tgl 12/11
Penggemburan tanah dalam teknik pemeliharaan tgl 19/11
 

           
Dokumentasi tanaman beserta buah tgl 19/11
 















V.                KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa, tanaman semangka dengan menggunakan mulsa plastik hitam perak memiliki produktivitas lebih tinggi dari pada tanaman semangka dengan perlakuan mulsa jerami maupun tanpa mulsa. Hal ini dikarenakan oleh mulsa hitam perak yang mampu mengurangi penguapan air dalam tanah, menekan pertumbuhan gulma, mengurangi intensitas serangan hama dan penyakit, menstabilkan suhu dalam tanah dan hasil buah lebih besar.
Sedangkan pada tanaman semangka dengan perlakuan mulsa jerami memiliki produktivitas terendah dibandingkan dengan perlakuan tanpa mulsa. Hal ini disebkan oleh pemeliharaan yang kurang intensif. Seharusnya perlakuan dengan menggunakan mulsa jerami ini memiliki produktivitas lebih tinggi dari perlakuan tanpa mulsa, karena kandungan lignin tinggi pada mulsa jerami dapat mengakibatkan lambatnya mulsa terdekomposisi, sehingga dapat melindungi permukaan tanah lebih lama. Mulsa organik yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan merupakan sumber energi yang dapat meningkatkan kegiatan biologi tanah dan dalam proses perombakannya akan terbentuk senyawa-senyawa organik yang berperan dalam pembentukan struktur tanah yang mantap. 












DAFTAR PUSTAKA
Anonymousa.2010.Budidaya Semangka. Jakarta: Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknolog 52, http://www.ristek.go.id
Anonymousb.2012.Budidaya Semangka.(online)www.htyst.com/budidaya.diakses tanggal 1 desember 2012
Doring T., U. Heimbach, T. Thieme, M. Finckch, H. Saucke. 2006. Aspect of straw mulching inorganic  potatoes-I, effects on microclimate, Phytophtora infestans, and Rhizoctonia solani. Nachrichtenbl. Deut. Pflanzenschutzd. 58 (3):73-78.
Mahmood, M., K. Farroq, A. Hussain, R. Sher. 2002. Effect of mulching on growth and yield of potato crop. Asian J. of Plant Sci. 1(2):122-133.
Matarani, Jawaller. (1997). Pengaruh Jarak Tanam dan Dosis Kompos Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Semangka. Bandung: Media Unika.
Mulyani, cut.2006. Respon Tanaman Semangka(Citrullus vulgaris L) dan Serangan Perusak Daun (Plutella sp) Akibat Penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak serta Pemberian Pupuk Plant Catalyst 2006. Jurnal Fakultas pertanian Unisam.
Noor, M. 2010. Lahan gambut: pengembangan, konservasi, dan perubahan iklim. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 212 hal.
Rukmana, Rahmat. 1994. Budidaya Semangka Non Biji. Jakarta: penebar Swadaya.
Sarpian, T. 2003. Pedoman Berkebun dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta: kanisius
Suwardjo. 1981. Peranan sisa-sisa tanaman dalam konservasi tanah dan air pada lahan usahatani tanaman semusim. Disertasi Doktor. Fakultas Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Umboh, Andry Harits. 1999. Petunjuk Penggunaan Mulsa. Jakarta: Penebar Swadaya.
 Winarti, M.G. 1992. Pengaruh Pupuk dan OST Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman semangka (Citrulus Vulgaris Schrd)





LAMPIRAN
4.4      Dokumentasi Praktikum
 



Pengolahan lahan tgl 1/10 dengan mencangkul
Pengolahan lahan tgl 1/10 dengan mencangkul
                         

Pengamatan tanaman setelah 1 minggu tanam tgl 5/10
Dokumentasi panjang tanaman tgl 5/11
Dokumentasi tanaman 1 setelah disulam tgl 19/11
Munculnya buah pertama pada tanggal 5/11
 












         
 


     


Dokumentasi tanaman beserta buah tgl 12/11
Penggemburan tanah dalam teknik pemeliharaan tgl 19/11
 

           
Dokumentasi tanaman beserta buah tgl 19/11


Atau Download File lengkapnya disini : 

 








Tidak ada komentar:

Posting Komentar